Syahroni Zuber Karwapi lahir di Tasikmalaya pada tanggal 17 Mei 1930. SZ Karwapi adalah putra pertama dari Eyang Mochammad Satibie dan Eyang (Nenek Tasik). Jumlah saudara kandung sebanyak 6 orang.
SZ Karwapi bertemu dengan Gadis Cantik berasal dari Kebumen bernama Sri Murtininingsih yang lahir di Kebumen tanggal 12 Juni 1938. Pertemuan keduanya di wilayah Karet Tengsin Jakarta Selatan pada sekitar tahun 1959 akhirnya membuat keduanya terikat janji setia dalam sebuah keluarga.
Ayahanda Karwapi pada tahun 1960 an berprofesi sebagai Dosen Muda di Universitas Indonesia Jurusan Seni Musik. sementara ibu Sri Murtiningsih sempat bekerja di Puskopad Jakarta Selatan.
Dari Pernikahan keduanya akhirnya lahir 6 orang anak yang terdiri dari 3 putra dan 3 putri dimana kesemuanya lahir di wilayah Kebon Baru Tebet Jakarta Selatan.
Pada tahun 1968 Ayahanda Karwapi bergabung dengan Relawan Irian Barat dan akhirnya menjadi PNS di Irian Barat. belakangan nama Irian Barat berubah menjadi Irian Jaya dan akhirnya berubah lagi menjadi Papua.
Dalam tugasnya di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ayahanda SZ Karwapi sempat menjabat sebagai Kabid Seni dan Budaya dan Kabid Museum dan Sejarah. Beliau juga mempunyai ketertarikan yang cukup kuat pada sejarah Irian Jaya (Papua).
Ayahanda SZ Karwapi sempat mengumpulkan Dongeng-dongeng Asli daerah Irian Jaya (Papua).
sayangnya dokumen-dokumen tersebut tidak diarsipkan secara baik sehingga sampai dengan saat ini penulis belum mendapatkan sumber yang otentik untuk itu.
dari beberapa situs diberitakan bahwa SZ Karwapi, BA sempat membukukan beberapa cerita rakyat papua antara lain : Cerita Asal Mula Perahu, Asal Mula Pesta Roh, Cerita Terjadiya Desa Warse, Cerita Mengenai EMEM dan Ulat Sagu (Terjadinya kapak batu), Seranawakakoy, Mitiruwu dan Yafda, dan sebagainya.
http://www.pustaka-bpnbkalbar.org/index.php?page=ringkasankat&id=1779
SZ Karwapi bertemu dengan Gadis Cantik berasal dari Kebumen bernama Sri Murtininingsih yang lahir di Kebumen tanggal 12 Juni 1938. Pertemuan keduanya di wilayah Karet Tengsin Jakarta Selatan pada sekitar tahun 1959 akhirnya membuat keduanya terikat janji setia dalam sebuah keluarga.
Ayahanda Karwapi pada tahun 1960 an berprofesi sebagai Dosen Muda di Universitas Indonesia Jurusan Seni Musik. sementara ibu Sri Murtiningsih sempat bekerja di Puskopad Jakarta Selatan.
Dari Pernikahan keduanya akhirnya lahir 6 orang anak yang terdiri dari 3 putra dan 3 putri dimana kesemuanya lahir di wilayah Kebon Baru Tebet Jakarta Selatan.
Pada tahun 1968 Ayahanda Karwapi bergabung dengan Relawan Irian Barat dan akhirnya menjadi PNS di Irian Barat. belakangan nama Irian Barat berubah menjadi Irian Jaya dan akhirnya berubah lagi menjadi Papua.
Dalam tugasnya di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ayahanda SZ Karwapi sempat menjabat sebagai Kabid Seni dan Budaya dan Kabid Museum dan Sejarah. Beliau juga mempunyai ketertarikan yang cukup kuat pada sejarah Irian Jaya (Papua).
Ayahanda SZ Karwapi sempat mengumpulkan Dongeng-dongeng Asli daerah Irian Jaya (Papua).
sayangnya dokumen-dokumen tersebut tidak diarsipkan secara baik sehingga sampai dengan saat ini penulis belum mendapatkan sumber yang otentik untuk itu.
dari beberapa situs diberitakan bahwa SZ Karwapi, BA sempat membukukan beberapa cerita rakyat papua antara lain : Cerita Asal Mula Perahu, Asal Mula Pesta Roh, Cerita Terjadiya Desa Warse, Cerita Mengenai EMEM dan Ulat Sagu (Terjadinya kapak batu), Seranawakakoy, Mitiruwu dan Yafda, dan sebagainya.
http://www.pustaka-bpnbkalbar.org/index.php?page=ringkasankat&id=1779